Saudara Tiri degan Dua Sisi Berbeda dalam Novel Angan Karya Sophie Maya




Judul                    : Angan
Penulis                 : Sophie Maya
Halaman              : 282
Tahun Terbit        : April 2013 (cetakan ke dua)
Penerbil               : Bukune
ISBN                     : 602-220-071-7

          Novel berjudul “Angan” ini merupakan sebuah karya fiksi karangan Sophie Maya. Sophie Maya merupakan penulis kelahiran 29 September 1993. Karya-karyanya tersebar di berbagai media. Ada beberapa novel yang telah ia tulis, seperti Duania Pungki Pinky (2009), My Cake: Diamond Crystal Romance (2013), Remember Winter (2015), dan Bowl of Hapiness (2016). Selain itu, ia juga aktif di blog pribadinya. Ia menuangka buah pikirannya dalam karya-karya fiksinya di blog tersebut. Dalam blog tersebut ia gunakan untuk menulis fanfiction. Dari nama-nama tokoh yang ia ambil, sangat terlihat jelas bahwa Sophie Maya adalah seorag kpopers.
          Dalam novel “Angan”, tokoh utamanya bernama Kim Ki Bum yang merupakan nama dari Korea. Selain itu, dalam novel diceritakan bahwa Kim Ki Bum sangat mirip dengan Kim Bum yang merupakan aktor Korea Selatan yang sangat digemari para kpopers di luar sana. Karena adanya tokoh terkenal dalam dunia entertaiment Korea Selatan ini, pembaca dapat membayangkan bagaimana paras indah Kim Ki Bum dalam novel ini. Oleh karena itu, novel ini mempunyai daya tarik tersendiri.
          Novel “Angan” menceritakan tentang saudara tiri, Mia dan Nadia, yang mempunyai dua sisi berbeda, keduanya bagaikan langit dan bumi. Dimana Mia adalah ketua OSIS, ia tidak pernah melakukan pelanggaran apapun, bahkan ia diminta oleh guru untuk menghukum siapapun yang melanggar aturan sekolah. Sedangkan Nadia, ia merupakan ketua preman di sekolah, semua guru tahu bahwa Nadia adalah siswa nakal, ia selalu bolos pelajaran, terutama ketika pelajaran Biologi yang selalu membuatnya mengantuk. Walaupun Mia dan Nadia adalah saudara tiri, namun Nadia tak mau jika semua orang mengetahui bahwa Mia adalah saudara tirinya.
          Cerita di mulai dengan adanya guru Biologi pengganti karena Bu Puji sedang cuti hamil selama 3 bulan. Posisi Bu Pujipun digantikan oleh kenalannya dari Seoul Unversity, Kim Ki Bum. Nadia berniat untuk bolos pelajaran Biologi lagi, namun usahanya gagal karena kepergok oleh saudaranya, Mia. Dengan berat hati Nadia masuk kelas. Sesampainya di depan kelas, Nadia shock melihat sosok yang mirip dengan aktor idolanya, Kim Bum. Sosok tersebut tidak lain merupakan guru Biologi pengganti bernama Kim Ki Bum. Tidak ada yang mengetahui, bahwa Nadia, sang ketua preman sekolah yang hobi tawuran merupakan kpopers, maka untuk menjaga imagenya ia berusaha tetap bersikap biasa saja, walaupun ia jatuh hati pada pandangan pertama.
          Pembawaan cerita Sophie Maya mengenai ketegangan ketika menceritakan tawuran yang dilakukan oleh Nadia dan teman-temannya diselingi dengan adanya humor, seketika itu merubah suasana cerita. Dengan adanya selingan humor tersebut, pembaca tidak merasa bosan ketika membacanya.
          Sophie Maya menuliskan cerita dengan adanya selingan quotes dalam bahasa Inggris menambah novel semakin menarik. Selain itu, novel berbau Korea ini juga diberi selingan 2-3 kata dalam bahasa Korea yang biasa diucapkan, seperti kata sapaan, sehingga bisa menambah wawasan pembaca mengenai bahasa asing.
          Masalah mulai muncul ketika diadakannya lomba lari antara Nadia dan Mister Kim. Dimana Nadia yang merupakan atlet lari sejak SD menumbuhkan rasa pecaya diri yang tinggi, karena tidak ada satupun orang yang bisa mengalahkannya. Dalam lomba lari tersebut, jika Nadia menang, ia bisa bolos pelajaran, namun jika ia gagal, ia harus rajin belajar dengan bersungguh-sungguh. Namun sayangnya, demi meraih kemenangan, Master Kim terkapar pingsan karena ia mempunyai asma akut hingga perlu dilarikan ke rumah sakit. Karena itu, Mia kesal dengan Nadia, merekapun sampai bertengkar di tengah lapangan upacara hingga dipanggil guru BK dan dihukum membersihkan ruang olahraga.
Sejak kalah taruhan lari dengan Mister Kim, sedikit demi sedikit Nadia mulai berubah, mulai rajin belajar. Ia juga mulai masuk klub oliampiade Biologi meninggalkan klub lari, walaupun alasan utama Nadia bergabung karena Master Kim yang menjadi guru pengampunya. Ia juga berusaha mengalahkan Mia untuk maju mewakili sekolah Olimpiade Biologi.
          Masalah-masalah yang dimunculkan penulis ditulis secara bertahap dengan tingkat ketegangan suasana yang semakin meningkat. Pembaca dibuat penasaran dengan masalah dan konflik yang muncul. Dari munculnya suatu konflik, akan muncul konflik baru lagi yang semakin menegangkan. Pembacapun menjadi terpicu untuk terus membaca hingga akhir.
          Konflik semakin memuncak ketika seluruh warga sekolah mengetahui bahwa Mia dan Nadia adalah saudara tiri. Terlebih lagi, isu yang menyebar tersebut berasal dari Mister Kim. Ternyata kabar tersebut tersebar ketika Mister Kim diinterogasi oleh guru BK dikarenakan terlalu dekat dengan Nadia, terlebih ketika Mister Kim mengantar pulang Nadia. Saat interogasi tersebut, dapat diketahui bahwa Mister Kim ternyata sudah menikah. Mia dan Nadiapun kecewa ketika mendengarnya.
          Kisah cinta Nadia yang tak berbalas itu mulai diselesaikan dengan adanya nasehat dari Rio, tetangga Nadia sejak berusia 3 tahun yang sejak kecil sudah berjanji pada papa Nadia untuk selalu menjaga Nadia. Konflik cinta tak berbalas tersebut selesai ketika Mister Kim menasehati Nadia dengan lembut tanpa menyinggung perasaan.
          Setelah adanya isu bahwa Mia dan Nadia adalah saudara tiri, SMA Abdi Jaya yang merupakan musuh dari SMA Pelita Harapan menyandra Mia untuk memancing emosi Nadia. Nadia yang mengetahuinyapun langsung emosi, ia ingin meminta bantuan teman-temannya yang biasa diajak tawuran, namun Nadia sudah tidak pernah bersama teman-teman seperjuangan tawurannya semenjak ia menjauhi tawuran dan mulai sibuk dengan biologi.
         Ketika sampai lokasi pertemuan antara SMA Pelita Harapan dengan SMA Abdi Jaya, Nadia dan Timo saling berbincang. Nadia menemui Timo sendirian, itu membuat Timo semakin meremehkan Nadia. Tak diduga-duga, ternyata seluruh siswa-siswi SMA Pelita Harapan datang berbondong-bondong untuk membantu Nadia. Kana kebijaksanaan dari Nadia, tawuranpun tidak perlu dilakukan dan Timo mengakui kekalahannya.
          Novel “Angan” yang mengangkat cerita dengan tokoh dan cerita sederajat dengan remaja SMA sangat apik dikemas dengan konflik yang apik juga. Pemilihan diksi yang mudah dipahami juga tidak membuat pelajar SMA tidak kesulitan untuk menagkap maksud dari penulis. Alur cerita yang sesuai dengan masalah pelajar SMA yang terjadi saat ini membuat pembaca semakin mudah membuat pembaca hanyut dalam cerita. Cerita-cerita yang menegangkan beberapa diselipkan humor membuat pembaca tidak bosan.
Namun sayangnya, pada klimaks konflik novel tersebut tidak sesuai dengan ekspetasi. Dengan konflik yang disusun sesuai tingkat ketegangan yang semakin meningkat, seharusnya pada saat klimaks konflik tersebut menjadi lebih menegangkan lagi. Namun, pada novel “Angan”, tidak dijelaskan bagaimana Mia dan Nadia menjadi baikan. Dalam novel tiba-tiba diceritakan bahwa Nadia mau membebaskan Mia yang sedang disandera oleh SMA Abdi Jaya.
Selain itu, saat Nadia berhenti tidak tawuran lagi karena adanya kesadaran yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Untuk ukuran anak SMA pada zaman sekarang, sangat sulit untuk mendapatkan kesadaran dari dalam diri sendiri. Dari yang awalnya hobby tawuran mendadak mau menghindari tawuran, apalagi hanya karena cintanya kepada seorang guru, yang usianya terpaut 9 tahun. Pada zaman sekarang, kesadaran dari dalam diri sendiri terbilang mustahil.
Seharusnya, penulis dapat menuliskan cerita dengan alur yang suasananya lebih menegangkan lagi. Seperti contohnya, Nadia sadar bahwa tawuran adalah suatu kesalahan setelah ia tawuran dengan masa yang sangat banyak sehingga memakan korban jiwa atau bisa juga teman-temannya mendapatkan banyak luka, baik luka ringan maupun luka serius. Dengan jalan cerita seperti itu akan lebih masuk akal. Walaupun begitu, konflik novel ini termasuk apik karena mempunyai daya ciri tersendiri, yaitu dengan mengangkat konflik secara perlahan-lahan.
Editing novel “Angan” termasuk buruk. Seperti ada beberapa kata yang diulang pada halaman berikutnya. Selain itu, ada juga pada halaman yang kalimatnya belum selesai, namun pada halaman berikutnya sudah berbeda kalimat, bukan lanjutan kalimat pada halaman sebelumnya. Editing yang kurang memuaskan cukup membuat pembaca bingung, juga harus menebak kalimat apa yang seharusnya tertulis dalam novel tersebut.
Untuk keseluruhan, novel “Angan” termasuk novel yang bagus untuk dibaca oleh remaja setingkat SMA, karena cerita yang diangkat menceritakan mengenai kisah remaja SMA. Novel “Angan” juga memberikan pelajaran dan amanat kepada pembaca, khususnya pelajar, bahwa bertindak melanggar pelanggaran tidak membuahkan hasil yang baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan"

Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi